Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Lintang Kemukus, Pagebluk dalam Mitos Jawa

 

Kemunculan Lintang Kemukus alias Komet atau Bintang Berekor di langit Jawa, Sabtu malam 10 Oktober 2020, membuat heboh,  baik media sosial twitter dan instagram, maupun dimesin penelusuran google.

Baca Juga:  Heboh Fenomena Lintang Kemukus

Masyarakat jawa mempercayai Lintang Kemukus sebagai hantu pembawa maut berwujud bola arwah.

Terkadang ia muncul sebagai rombongan prajurit ganas yang bisa membunuh manusia ketika mereka tertidur. Hantu bernama Lampor itu kerap menimbulkan suara gaduh. Suaranya berasal dari iringan kereta kuda dan derap kaki pasukan.

Pagebluk

Bagi orang Jawa, wabah penyakit bukanlah hal baru. Tidak mengherankan, kosakata bahasa Jawa terkait wabah penyakit cukup banyak tercatat, antara lain: pagebluk, kalabendhu, pralaya, mahalaya dan malapetaka, sekarang disebut Pandemik.

Pagebluk atau wabah penyakit seperti, flu Spanyol, kolera dan pes setidaknya pernah terjadi di tanah Jawa.

Kemunculan Lintang Kemukus dan Covid-19 direspon oleh orang Jawa melalui sikap dan perilakunya.

Mitos dan Tetenger Wabah Penyakit

Orang-orang di Jawa percaya ada pertanda sebelum wabah penyakit datang.

Dahulu orang percaya ada hantu pembawa maut berwujud bola arwah. Muncul sebagai rombongan prajurit ganas yang bisa membunuh manusia ketika mereka tertidur. Hantu yang diberi nama Lampor ini kerap menimbulkan suara gaduh. Suaranya berasal dari iringan kereta kuda dan derap kaki pasukan. 

Beberapa masyarakat Jawa mempercayai kalau mereka adalah pasukan Nyi Roro Kidul yang tengah bergerak dari Laut Selatan ke Gunung Merapi atau Keraton Yogyakarta. Sementara masyarakat di Jawa Timur percaya kalau Lampor muncul bersamaan dengan wabah penyakit.

Lampor mencari korbannya seringkali di bulan Sapar pada malam hari. Korban dicekik lalu dibawa dengan keranda. Jika itu terjadi, mereka bakalan mati seketika.

Isu setan Lampor, marak di Jawa Tengah dan Timur sampai pada 1960-an. Lambat laun cerita itu menghilang. Desas-desus seputar Lampor kemungkinan muncul manakala banyak terjadi wabah penyakit pada masa lampau. Jika ia datang orang bisa mati dalam tidurnya.

Video : Cacar Sebagai Senjata Biologis 

Jaman dulu ada penyakit yang diberi nama "Isuk loro, sore mati", hal ini memberi gambaran betapa ganas penyakit itu " .

Karena saking menakutkannya dampak dari penyakit diatas, orang Jawa pun mulai mencari pertanda atau tetenger sebelum wabah datang.

Pada zaman Mataram Islam misalnya, pagebluk dihubungkan dengan kemunculan bintang berekor atau komet. Orang Jawa menyebutnya lintang kemukus. Menurut tradisi mereka, kemunculan komet pada arah tertentu memiliki arti, di antaranya sebagai pertanda kemunculan pagebluk.

Orang Jawa menyebut komet sebagai lintang kemukus.

Nama Komet dikenalkan oleh penemunya ialah oleh Edmund Weiss, seorang astronom dari Austria.

BACA JUGA:  Sayur Lodeh Penangkal Pagebluk

Beberapa pertanda yang dipercayai oleh masyarakat Jawa tentang Lintang Kemukus.

Lintang Kemukus muncul di tenggara menandakan ada raja yang mangkat. Orang desa banyak yang pindah. Hujan jarang. Buah banyak yang rusak. Ada wabah penyakit yang membuat banyak orang sakit dan meninggal. Beras dan padi mahal. Kerbau dan sapi banyak yang dijual.

Lintang Kemukus muncul di selatan tandanya ada raja mangkat. Para pembesar susah. Banyak hujan. Hasil kebun melimpah. Beras, padi, kerbau, dan sapi dihargai murah. Orang desa merana, karenanya mereka pun mengagungkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Suci.

Lintang Kemukus muncul di barat daya artinya ada raja mangkat. Orang desa melakukan kebajikan. Beras dan padi murah. Hasil kebun berlimpah. Tapi kerbau dan sapi banyak yang mati.

Lintang Kemukus muncul di barat tandanya ada penobatan raja. Para pembesar dan orang desa senang. Beras dan padi pun murah. Apa yang ditanam berbuah subur dan cepat menghasilkan. Hujan akan turun deras dan lama. Apapun barang yang dijual-belikan murah harganya, karena memperoleh berkah Tuhan.

Lintang Kemukus muncul di barat laut, itu pertanda ada raja yang berebut kekuasaan. Para adipati juga berselisih, berebut kekuasaan. Sementara warga desa bersedih hati. Kerbau dan sapinya banyak yang mati. Hujan dan petir terjadi di musim yang salah. Kekurangan makin meluas dan berlangsung lama. Beras dan padi mahal, namun emas murah.

BACA JUGA: Konsep Sakit dan Sehat dalam Primbon

Orang Jawa percaya bahwa manusia adalah bagian tak terpisahkan dari suatu tatanan kosmis.

Ritual-ritual di pedesaan diberbagai daerah, banyak dilakuan demi menjaga keserasian semesta. Antara desa dan kosmos harus seimbang agar kehidupan tak bergoyang.

Sementara wabah penyakit yang menimpa manusia ataupun binatang adalah pertanda tentang adanya kekacauan di mikrokosmos. Adapun kemunculan lintang kemukus merupakan pertanda adanya krisis pada makrokosmosnya.

Dalam kondisi normal komet akan tetap di garis orbitnya. Komet atau yang diyakini sebagai lintang kemukus itu muncul bisa dianggap sebagai keluar dari garis orbitnya.

Suara Kedasih biasanya kerap terdengar muncul di gunung ataupun hutan. Tak heran munculnya suara Kedasih di kawasan pemukiman mengundang tanda tanya, dan dihubungkan dengan sesuatu yang tak baik.

Kedasih oleh masyarakat Jawa selama ini memang diidentikkan dengan misteri dan mitos datangnya pageblug. Hal tersebut dikarenakan kemunculan Kedasih yang bebarengan dengan musim pancaroba, di mana bermunculan penyakit infeksi menyerang masyarakat seperti saat pandemi Covid-19 ini.

Mitos

Salah satu hal yang menarik dari respon Covid-19 pada masyarakat jawa, adalah merangsang untuk menghidupkan kembali mitos-mitos yang selama ini dikenal oleh masyarakat.

Dalam masyarakat berkultur agraris, keberadaan mitos adalah hal yang biasa. Mitos bukanlah benar dan atau salah. Ia adalah sebentuk keyakinan masyarakat yang dirawat dan dipelihara.

Bagi masyarakat Jawa seringkali mitos dihubungkan dengan hal yang mistis, ganjil dan takhayul. Mitos dianggap sebagai kepercayaan yang mendasarkan pada cerita turun temurun yang sulit dibuktikan kebenarannya. Seperti proses penciptaan alam semesta juga hanya dianggap sebagai mitos.

Mitos lahir dari rasa gumun dan ketakjuban. Kegumunan dan ketakjuban itulah yang kemudian melahirkan sikap penasaran, keingintahuan dan pertanyaan.

Mitos diciptakan untuk menjaga harmoni. Tanpa mitos, manusia Jawa mengalami kekeringan batin. Mitos adalah cara manusia Jawa berkomunikasi dengan entitas yang lain.

Ketidak mampuan menjangkau masa depan, menjadikan manusia berfikir aneh. Namun itulah manusia, untuk menjaga kesimbangan dan keselarasan hidup yang dijalani

Mitos adalah cara pemaknaan dari sebuah narasi/cerita atau wicara. Sangat mungkin bahwa apa yang saat ini diyakini sebagai mitos, tiba-tiba hilang dan tergantikan oleh mitos yang lain. Mitos bukanlah tentang objek apa yang dituturkan melainkan bagaimana obyek itu disampaikan dan dalam situasi seperti apa.

Covid-19 adalah bentuk lain pengulangan sejarah wabah penyakit yang menyerang umat manusia, termasuk masyarakat Jawa .

Posting Komentar

0 Komentar