Selain jarak dan kesibukan adalah salah satu sebab tidak terbangunnya hubungan silaturrahim.
Menyambung tali silaturrahim adalah wasiat penutup para rasul. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
اِتَّقُوْا اللهَ وَصِلُوْا أَرْحَامَكُمْ
“Takutlah kepada Allah dan sambunglah tali silaturrahim.” (HR. Baihaqi. Dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani).
Juga sabda beliau, “Sebarkan salam, sambunglah tali silaturrahim, shalatlah di malam hari di saat manusia terlelap tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sabda beliau, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim.” (HR. Bukhari).
Silaturahmi dapat mengembangkan "jariah". Melalui pengembangan jariah itulah manusia akan menambah usia karena "jariah" tak akan ikut mati ketika manusia mati.
Dengan perkembangan jariah itulah rizqi akan terus mengalir pada kita dan akan menambahkan pahala sedekah secara otomatis.
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا مُسْلِمٌ يَعْنِي ابْنَ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ الْمَكِّيِّ الْمُقْرِئُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُعَظِّمَ اللَّهُ رِزْقَهُ وَأَنْ يَمُدَّ فِي أَجَلِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Muslim yaitu Ibnu Kholid dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Husain Al-Makki, Al-Muqri' dari Anas bin Malik bahwasanya Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam berkata: "Barangsiapa berkehendak agar Allah meluaskan rizkinya dan memanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahmi." [Kitab Ahmad Hadist No – 12128]
Amal jariyah adalah mengerjakan amal yang bermanfaat sepanjang masa untuk agama dan umat manusia, amal yang dimaksud seperti jariyah atau wakaf uang, tanah, mas atau barang untuk kepentingan masjid, pesantren, madrasah jalan, dan sarana lainnya.Walaupun sudah wafat, orang yang beramal jariyah atau wakaf akan dikirimi langsung pahalanya sampai hari kiamat. Umur manusia berkisar 60-80 tahun, tapi pahala amalnya bisa sampai ratusan bahkan ribuan tahun, sepanjang jariyah dan wakaf itu masih dimanfaatkan. Semakin banyak orang yang menikmati manfaat dari amal tersebut, semakin banyak pula pahalanya.
Secara umum silaturahmi sering diartikan sebagai berkunjung, meskipun demikian, silaturahmi itu bisa diartikan kebaikan hati dan perbuatan yang terjalin antar individu meskipun jarang atau bahkan tidak pernah bertemu. Silaturahmi adalah pertemuan yang disertai dengan perkataan dan perbuatan yang baik, tulus dan tanpa pamrih.
Amalan yang berbentuk pengorbanan yang hukumnya sunnah seperti berulang-ulang haji atau umrah dan lainnya, pahalanya tidak bisa dibandingkan dengan pahala wakaf atau jariyah. Sebab menurut kaidah, pahala ibadah yang hanya dinikmati sendiri tidak lebih baik dibandingkan dengan ibadah yang bisa dinikmati oleh orang banyak kecuali kalau amalan sunnah itu tidak melupakan dengan sodaqoh jariyahnya, artinya semuanya dikerjakan secara berimbang.
Umur orang yang bersilaturahmi akan dipanjangkan, maksudnya adalah umur kebaikannya karena selalu membina komunikasi yang baik kepada siapapun dalam mewujudkan kemaslahatan bersama.
Nabi SAW pernah bersabda: “Siapa yang ingin panjang umurnya dan banyak rizkinya hendaknya ia rajin bersilaturahmi.” Agar silaturahmi selalu terjalin dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya:
- Selalu pemaaf.
- Tak berburuk sangka kepada siapapun.
- Suka memberi tanpa mengharap untuk dibalas.
- Mau berkunjung walaupun dia tidak senang.
- Tidak mencari-cari kesalahan orang lain.
- Bergembira atas kebahagiaan orang lain dan bersedih atas musibah orang lain.
- Selalu berbuat baik untuk orang lain bukan menuntut.
- Mengungkapkan doa untuk orang lain walaupun tanpa diminta.
- Berkata yang menyenangkan bukan yang membebani.
- Ucapkan salam bila tidak sempat berjumpa.
Dengan sepuluh macam itu, meskipun seseorang telah meninggal maka kebaikannya akan selalu dikenang. Meskipun jasadnya sudah hancur dimakan rayap dan bercampur tanah tapi namanya tetap cermerlang sepanjang masa.
Baca Juga:
Kebaikan umur manusia tidak diukur dengan jumlahnya tapi dinilai dari amal shalehnya Allah berfirman:
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ ࣖ
“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas (lauh mahfuz).” [Yasin: 12]
Sambunglah Orang yang Memutus Silaturrahim Anda
Ini merupakan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَحْسِ نْإِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْكَ
“Sambunglah orang yang memutus tali silaturrahmimu, dan berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk kepadamu.” (HR. Ibnu An-Najjar, dinyatakan shahih oleh Al Albani).
Barangkali, aksi pertama yang kita lakukan ketika menerima perlakuan buruk dari orang lain adalah memberi balasan setimpal, bahkan pembalasan yang lebih kejam. Namun ternyata, Nabi kita mewasiatkan sebaliknya, “Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk kepadamu.” Apa sebab? Agar kita tetap mendapatkan keutamaan-keutamaan dari bersilaturrahmi.
0 Komentar