Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kisah Keajaiban Shalawat


Daftar Isi


Keajaiban shalawat ini, disajikan dalam bentuk kisah yang diambil dari berbagai sumber. Kisah Serang Ibu Dan Anaknya, Seorang Musafir dengan Ayahnya dan Badai Ditengah Laut, semoga dari ketiga kisah keajaiban shalawat ini menjadi tauladan bagi kehidupan kita semua.

.

   Seorang Ibu dan Anaknya


Dikisahkan pula bahwasanya ada seorang wanita yang memiliki anak yang sangat jahat dan hari-harinya pun dilalui dengan lumuran dosa. Si ibu yang merupakan sosok wanita shalihah yang menyadari anaknya seperti itu, tentu saja menyuruh si anak untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya dan kemudian berbuat kebajikan serta tidak berpindah lagi kepada kebiasaan buruknya tersebut.

Tetapi, anaknya tetap membandel, ia tidak mau berpindah dari kelakuan jahatnya yang telah dilakukannya selama ini. Perbuatan maksiat itu terus dilakukannya sampai Ia menemui ajalnya. Maka bersedihlah sang ibu demi melihat anaknya yang mati tanpa tobat, dimana ia tidak melihat satu sisi pun dan kehidupan anaknya yang akan menyelamatkannya di hadapan Tuhan Penguasa Akhirat. Sang ibu tampaknya pasrah dengan nasib buruk yang akan dialami oleh sang anak di dalam kubur dan lebih-lebih di neraka.

Di suatu malam, ketika wanita itu tertidur, ia bermimpi tentang anaknya disiksa oleh malaikat penjaga kubur di dalam kuburnya. Akibatnya, semakin bertambah kedukaan sang ibu tersebut manakala bayangannya selama ini dilihatnya secara langsung sekali pun hanya dalam mimpi.

Tetapi benarkah sang anak disiksa? Ternyata, ketika sang ibu memimpikan lagi anaknya di lain kesempatan, ia melihat anaknya dalam rupa dan kondisi yang sebaliknya dalam mimpi sebelumnya.

Ia melihat anaknya saat itu diperlakukan dengan perlakuan yang sangat elok, yang berada dalam keadaan suka dan bahagia. Sehingga, ibunya pun terheran-heran dan bertanya pada sang anak, “Apa gerangan yang membuatmu bisa diperlakukan seperti ini, padahal dulu semasa engkau hidup engkau penuh dengan lumuran dosa?”

Sang anak menjawab, “Wahai ibunda, di suatu ketika telah lewat di hadapanku sekelompok orang yang sedang mengusung jenazah yang hendak dikuburkan.

Mayat itu kukenal, dan Ia semasa hidupnya ternyata lebih jahat dari pada diriku. Kemudian aku ikut mengiringi pemakamannya, dan disana aku sempat menyaksikan makam-makam lainnya. Ketika itulah aku berpikir bahwa laki-laki sial itu sudah pasti ditimpa oleh huru-hara akhirat akibat perbuatan maksiatnya. Secara tidak sadar aku menangis dan membayangkan kalau diriku juga bakal ditimpa peristiwa yang mengerikan yang sama. Pada saat itulah aku menyesali segala kesalahan dan dosa yang telah kuperbuat, dan bertobat dengan sebenar-benarnya tobat di hadapan Illahi.

Kemudian, aku membaca Al-quran dan shalawat Nabi SAW sebanyak sepuluh kali dan membacakan shalawat kesebelas kalinya dan pahalanya kuhadiahkan kepada ahli kubur yang naas tersebut, sehingga disitulah Allah SWT menunjukkan kemahapengampunanNya. Dia mengampuni dosa-dosaku. Jadi apa yang telah engkau lihat wahai ibunda, itulah nikmat yang telah diberikan Allah SWT atasku. Ketahuilah ibunda, bahwa shalawat atas Nabi SAW itu menjadi cahaya di dalam kuburku, menghapuskan dosa-dosaku dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang hidup maupun yang sudah meninggal”.

.

   Seorang Musafir dan Ayahnya


Dalam kisah lain, juga diriwayatkan tentang seorang musafir bersama ayahnya. Sang musafir mengisahkan bahwa di suatu ketika di suatu negeri, ayahnya meninggal dunia sehingga wajah dan sekujur tubuhnya menjadi hitam dan perutnya membusung. Sang musafir lalu mengucapkan “La haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim (Tiada daya dan kekuatan kecuali Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).

Ayah sang musafir tersebut mati dalam kedukaan, dan hal ini diumpamakan dengan kelakuan sang ayah ketika Ia masih hidup. Pada saat itulah sang musafir merasakan beban teramat berat menimpanya karena mendapatkan ayahnya mati dalam kondisi seperti itu. Tetapi, ketika ia terlelap tertidur, Ia bermimpi bahwa seorang aki-laki yang sangat tampan dan tubuhnya dipenuhi bulu halus datang kepada ayahnya dan menyapu wajah dan tubuh ayahnya tersebut dengan tangannya sehingga jasad sang ayah menjadi putih kembali, bahkan lebih bagus daripada bentuknya semula dan berseri-seri dengan cahaya.

Melihat perlakuan baik lelaki ini terhadap ayahnya sang musafir takjub dan kemudian bertanya, Siapakah Anda, yang telah menyampaikan karunia Ilahi atas ayahku?” Laki-laki itu menjawab, “Aku adalah Rasulullah. Ayah-mu termasuk diantara orang-orang yang memperbanyak bershalawat atasku. Maka, tatkala ia berhasil melakukannya aku pun datang untuk membersihkannya.” Kemudian sang musafir merasa sangat berbahagia. Ia melihat pancaran dan cahaya keputihan itu ada pada ayahnya. Dia mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT mengangungkan dan menanamkannya didalam hatinya serta bershalawat kepada Nab SAW.

.

   Badai Ditengah Laut


Dan telah diriwayatkan dari Ibn Al-Fakihani , dan Asy-Syaikh As-Solih Musa Ad-Darir, dan beliau telah berkata: Aku pernah berlayar di sebuah laut. Tiba-tiba angin (angin taufan) telah melanda atas kami.

Sedikit manusia yang dapat selamat dan tenggelam dan banyak orarig telah, menjerit-jenit didalam ketakutan. Tiba-tiba aku merasa mengantuk dan aku telah tertidur.

Aku telah melihat An-Nabi di dalam mimpi dan Baginda telah berkata, “Katakanlah kepada para penumpang kapal ini agar mereka mengucapkan sebanyak seribu kali, Wahai Allah, limpahkanlah shalawat ke atas penghulu kami Muhammad, dan juga ke atas keluarga penghulu kami Muhammad, shalawat yang dengannya kami diselamatkan. . . sehingga. . . setelah kami mati.”

Setelah terjaga dan tidur dan aku memberitahu para penumpang tentang mimpiku itu, dan kami pun bershalawat dengannya (dengan ungkapan shalawat yang telah diterima di dalam mimpi itu) lebih kurang tiga ratus kali. Allah melapangkan kami daripada keadaan yang mencemaskan itu.

Dan telah berkata As-Salyid Muhammad Afandi ‘Abidin di dalam catatan beliau (penjelasannya) bahwa Al-’Allamah Al-Musnid Ahmad Al-Attor telah menyebutnya sebagal Shalawat Al-Munjiyyah, dan beliau telah berkata pada bagian akhirnya:

Telah menambah Al-’Arif Al-Akbar dengan kata-kata: Wahai Yang Paling Penyayang daripada segala yang bersifat penyayang, wahai Allah.

Beliau telah berkata: Telah berkata sebagian masyayikh: Siapa yang mengucapkannya sebanyak seribu kali ketika ada kesulitan atau ketika turunnya musibah, Allah akan melapangkan perkara itu darinya dan akan menyampaikan hajatnya. Dan siapa yang memperbanyak membacanya pada waktu datang penyakit taun [sedang menular], akan diamankan darinya.

Dan siapa yang memperbanyak membacanya ketika berlayar dilaut, akan diamankan dari tenggelam. Dan siapa yang membacanya sebanyak lima ratus kali, akan disampaikan apa yang dia inginkan dalam hal menarik rezeki dan kekayaan, insya - Allah Ta’ala, dan Ia adalah sesuatu yang benar-benar mujarab pada semua perkara itu. Dan Allah Ta’ala jua yang lebih mengetahui.

Dan telah menyebut Asy-Syaikh As-Sowi kurang lebih sama di dalam komentar mengenai Wird Ad-Dardir (wirid-wirid yang telah digubah oleh Asysyaikh Ahmad seorang guru bagi At-Toriqah Al-Khalwatiyyah, yang amat terkenal di negara Mesir pada zamannya) yang telah mengutip dari As Samhudi dan Al-Malawi.

Dan telah berkata Asy-Syaikh Al-’Arif Muhammad Haqqi Afandi An-Nazili di dalam kitabnya Khazinah Al-Asror: Ketahuilah bahwa shalawat-shalawat itu dibagikan kepada empat ribu jenis, dan pada satu riwayat yang lain, dua belas ribu. Setiap satu darinya telah dipilih oleh satu jamaah dari ahli Timur dan Barat, sesuai dengan apa yang telah mereka temui di dalam menjalin ikatan rohani di antara mereka dengan Baginda dan dari apa yang mereka fahami padanya dari hal keistimewaan-keistimewaan dan manfaat-manfaat, dari apa yang telah mereka temui padanya dan hal rahasia-rahasia, yang setengahnya telah menjadi masyhur melalui uji kaji dan melalui penyaksian di dalam mendapatkan kelepasan daripada segala kesempitan dan pencapaian hasrat, seperti Shalawat Al-Munjiyyah ini.

Dan beliau telah menyebutkan bentuk ungkapan itu. Kemudian, beliau telah berkata: Dan yang lebih utama ialah dia mengucapkan, “Wahai Allah, limpahkanlah shalawat atas penghulu kami Muhammad dan atas keluarga penghulu kami Muhammad. Shalawat yang dengannya kami diselamatkan” sehingga ke akhirnya, karena apa yang telah dikatakan oleh Baginda, ‘Apabila engkau sekalian bershalawat ke atasku, jadikanlah ia umum (tidak dikhaskan untuk diri Baginda seorang, tetapi juga mencakupi ahli keluarga Baginda).

Dan kesannya, dengan diikut sertakan keluarga Baginda itu, adalah lebih lengkap, dan lebih umum, dan lebih banyak pahala dan manfaatnya dan lebih cepat untuk dimakbulkan. Begitulah yang telah diwasiatkan kepadaku dan yang telah diijazahkan kepadaku oleh sesetengah masyaikh.

Dan Asy-Syaikh al-Akhbar juga telah menyebutnya dengan disertakan sebutan ahli keluarga Baginda itu, dan beliau telah berkata bahwa Ia adalah satu perbendaharaan dan segala perbendaharaan Al-’Arsy (singgasana Allah). Sesungguhnya, siapa yang berdoa dengannya sebanyak seribu kali pada tengah malam untuk hajat, hajat dunia atau hajat akhrat, Allah Ta’ala akan menunaikan hajatnya. Sesungguhnya Ia (pengabulan bagi shalawat ini) adalah lebih cepat daripada kilauan kilat, dan Ia adalah eliksir yang agung dan penawar yang besar (sangat mujarab). Dan tiada dapat tiada, hendaklah Ia disembunyikan dan ditutupkan daripada yang bukan ahlinya.

Demikianlah sebagaimana Ia telah disebutkan di dalam Sirr Al-Asror, dan demikianlah juga sebagaimana yang telah disebutkan oleh Asy-Syaikh Al-Buni dan Al-Imam Al-Jazuli mengenai keistimewaan-keistimewaan Shalawat Al Munjiyyah dan juga penerangan rahasia-rahasianya. Dan hendaklab engkau meninggalkannya (tidak menceritakan keistimewaan-keistime-waan dan rahasia-rahasia ini kepada orang-orang yang fasik) agar tidak terjatuh ke tangan orang-orang yang jahil. Dan semoga isyarat ini sudah mencukupi untukmu.

.

   Kata-kata Bijak:


"Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak" (HR. Ahmad).

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, namun jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih" (QS. Ibrahim: 7).

Sumber:
  • Maruf Abdul Jalil A1-Wajiz. Ensikiopedi Fikih Islam dalam Al-Quran dan AsSunnah Ash-Shahihah, (Pustaka As-Sunnah).
  • Rahmat Al-Arifin Muhammad bin. Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerbit: Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta.
  • kitab Afdholus Shalawatu ala sayyida saddah karangan Asy-Syeikh Yusuf ibn Isma’il An-Nabhani.

Posting Komentar

0 Komentar